Harga BBM subsidi sudah naik per awal September 2022. Semenjak itu banyak yang mengeluhkan bahwa penggunaan BBM-nya lebih boros dari sebelum naik harganya. Terutama pada BBM jenis Pertalite yang harganya naik hampir 30% lebih.
Dugaan yang mungkin menjadi penyebab hal ini adalah karena masyarakat Indonesia sering menggunakan Rupiah dibanding Liter saat membeli BBM di Pom Bensin.
Sebagai ilustrasi kita bisa bayangkan sebuah motor NMAX dengan konsumsi bahan bakar 40 km/liter.
Pemotor biasanya membeli Pertalite sejumlah 20.000 Rupiah dan mendapat sekitar 2,5 liter. Jika motornya memiliki konsumsi bahan bakar 40 km/liter maka dengan biaya 20.000 Rupiah bisa ditempuh sekitar 100 km.
Namun setelah naik. Dengan harga 20.000 Rupiah pemotor hanya bisa mendapatkan 2 liter Pertalite. Dan jika dihitung berdasarkan konsumsi bahan bakarnya maka dengan biaya 20.000 Rupiah hanya bisa menempuh 80 km saja.
Dari sini bisa terlihat dengan biaya yang sama jarak tempuh yang dapat ditempuh menurun. Dalam ilustrasi ini menurun 20 km.
Inilah yang dirasakan banyak orang. Banyak yang merasa bahan bakar nya cepat habis. Tidak seperti biasanya. Bukan karena bahan bakar yang menurun kualitasnya namun karena jumlah yang didapatkan berkurang saat membeli dengan harga yang sama.